Gelap menyelimuti seluruh kota
Hampir aku tertidur ketika mendengar deru mobil
Kurapikan jilbabku, kubuka pintu
Disana, berdiri pria tampan nan rupawan
ia mengucap salam sembari tersenyum..
kujawab salamnya dengan lebih baik,
kucim tangannya takzim, membawakan tasnya, dan mengajaknya masuk..
kupanaskan sup yang kubuat sejak sore sembari menanyakan pekerjaannya
'Alhamdulillah, lancar, makasih ya umi' ucapnya
kutemani ia makan, amat menikmati
sekedar menyenangkan hatiku, mungkin..
ia selalu memuji masakan ku, walaupun biasa-biasa saja
kami bercanda, tertawa..
meski gurat-gurat lelah terlihat jelas di wajahnya
ia mengecup keningku lembut sebelum terlelap
membelai rambutku, menghirup aroma wanginya
selalu menyenangkan saat ia menatapku
tegas, teduh, tenang, mesra..
menggambarkan berjuta rasa dalam dada
mengucapkan ribuan kata tanpa suara
mata itu, dalam.. menatapku
membuatku hanya terdiam terpaku
menikmati setiap detik yang berlalu
hingga fajar menyingsing
mata itu tetap bergeming
tak lagi terbuka, meski ku paksa
saat kuperiksa detak jantungnya..
ternyata tak lagi ada..
'Abi pergi duluan ya? Tunggu Umi ya bi, di Surga, nanti Insya Allah kita membangun menara yang membuat iri para syuhada'
ucapku sembari memeluk tubuh tak bernyawa itu
setetes air mata menggenang di pelupuk mata
aku, menangis bahagia..
-ditulis 21 agustus 2010, saat pesantren kilat, aku baru bisa tertidur setelah menulisnya-
Sederhana
20.01 |
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
3 komentar:
itu tentang sepasang suami-istri..habis baca novel, jadi terbayang^^ ceritanya..
so swit rin T.T
@luluk: kau ingat, waktu pesantren kilat, aku nulis di binder ^_^ (tentu kau tak ingat luk xD, kau kan tidur =D)
Posting Komentar